Rabu, 31 Maret 2010

REPUTASI PERBANKAN SYARIAH (Mac)

Reputasi perbankan syariah di berbagai belahan dunia, khususnya di masa krisis seperti ini, perlahan tapi pasti membuahkan hasil positif. Mari simak sejenak risalah perjalanan perbankan yang memperkenalkan dirinya pada sekitar 45 tahun silam mulai dari kawasan Timur Tengah. Termasuk, Bahrain.
Mesir tercatat sebagai negara asal perbankan syariah. Uniknya, perbankan syariah di negeri itu tidak menggunakan embel-embel Islam. Pasalnya, ada kekhawatiran dari pengelola terhadap sikap rezim berkuasa. Pengelola perbankan syariah khawatir jika diberi unsur Islam tersebut, rezim bakal menuduh perbankan syariah sebagai gerakan fundamentalis.
Mit Ghamr
Ahmad El Najjar, sang perintis, mengambil bentuk sebuah bank simpanan yang berbasis profit sharing (pembagian laba) di kota Mit Ghamr pada 1963. Eksperimen ini berlangsung hingga 1967.
Dalam jangka waktu itu sudah sembilan bank berdiri dengan konsep serupa di Mesir. Bank-bank dengan ciri khas tidak memungut maupun menerima bunga ini sebagian besar berinvestasi pada usaha-usaha perdagangan dan industri secara langsung dalam bentuk kemitraan dan membagi keuntungan yang didapat dengan para penabung.
Lalu, di Mesir juga pada 1971, Nasir Social bank berdiri. Bank tersebut mendeklarasikan diri sebagai bank komersial bebas bunga. Kendati begitu, dalam akta pendiriannya tidak disebutkan rujukan kepada agama maupun syariah Islam.
Selanjutnya, Islamic Development Bank (IDB) berdiri pada 1974 disponsori oleh negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (ICO). Kegiatan utama IDB sebagai bank antarpemerintah adalah menyediakan dana untuk proyek pembangunan di negara-negara anggotanya. IDB menyediakan jasa finansial berbasis fee dan profit sharing untuk negara-negara tersebut dan secara eksplisit menyatakan diri berdasar pada syariah Islam.
Berlanjut pada kurun 1970-an, sejumlah bank berbasis Islam kemudian muncul di berbagai negara. Di Timur Tengah, antara lain, berdiri Dubai Islamic Bank (1975), Faisal Islamic Bank of Sudan (1977), Faisal Islamic Bank of Egypt (1977), serta Bahrain Islamic Bank (1979).
Lalu, Asia-Pasifik, tepatnya di Filipina, Phillipine Amanah Bank didirikan pada 1973 berdasarkan dekrit presiden. Di Negeri Jiran, Malaysia, pada 1983 berdiri Muslim Pilgrims Savings Corporation yang bertujuan membantu mereka yang ingin menabung untuk menunaikan ibadah haji.
Laju pertumbuhan perbankan syariah di tingkat global tak diragukan lagi. Aset lembaga keuangan syariah di dunia diperkirakan mencapai 250 miliar dollar AS, tumbuh rata-rata lebih dari 15 persen per tahun.
Prediksi McKinsey 2008 yang dikutip dari buku Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah menunjukkan pada 2006, pasar perbankan syariah global pada 2006 berada pada angka 0,75 miliar dollar AS. Angka ini bakal menyentuh 1 miliar dollar AS pada 2010.
Pembiayaan bank syariah pun saat ini menyentuh banyak bidang. Selain infrastruktur, pembiayaan juga sudah merambah ke transportasi. Maskapai penerbangan Emirates misalnya, tahun ini, memanfaatkan pembiayaan syariah sebesar 265 juta dollar AS dari Noor Islamic Banking untuk pembelian dua pesawat Boeing 777-300 terbarunya pada September 2008.
Tercepat
Kembali ke Timur Tengah, tepatnya Bahrain. Di negara kaya minyak itu, seperti dikatakan Calyon Global Head Islamic Banking Simon Eedle, bank yang menjadi kepanjangan tangan Credit Agricole Group yang bermarkas di Prancis itu berkecimpung beberapa tahun setelah Bahrain Islamic Banking berdiri. Namun demikian, Calyon mulai makin fokus di perbankan syariah dengan mendirikan tim departemen perbankan syariah global pada 2004.
Khusus untuk Bahrain, negara yang berbatasan dengan Kuwait ini tercatat sebagai negara yang memiliki kandungan minyak bumi tertinggi. Pada Januari 2006, seturut catatan Komisi Ekonomi dan Sosial PBB, pertumbuhan ekonomi negara yang dipimpin oleh keluarga raja Al Khalifa terhitung paling cepat.
Dengan fasilitas komunikasi dan transportasinya yang maju, Bahrain dijadikan pilihan pendirian perusahaan-perusahaan multinasional yang berbisnis di Teluk Persia.
Secara umum kemudian, kawasan Timur Tengah, sampai kini, memang merupakan salah satu kawasan dengan pertumbuhan perekonomian. Kelimpahan minyak bumi sebagai anugerah mendorong pertumbuhan sektor ekonomi lainnya. Maka dari itu, momentum tersebut dibaca sebagai peluang oleh Calyon. “Sejak lima tahun ke belakang, Timur Tengah menikmati pertumbuhan sangat kuat,” kata Eedle optimistis.
Salah satu prestasi yang ditorehkan Calyon adalah menjadi penjamin emisi obligasi negara berbasis syariah Kementerian Keuangan Bahrain pada Maret 2008. Obligasi sukuk itu bernilai 350 juta dollar AS. “Ini obligasi yang dikeluarkan pemerintah pertama kali sejak empat tahun belakangan,” kata Eedle.
Setahun sebelumnya, Calyon juga menjadi pemain utama dalam pembiayaan murabahah untuk Mobile Telecommunications Company of Kuwait (MTC) senilai 1,2 miliar dollar AS.

http://www.kompas.com/Lebih_Dari_Sekedar_Bank/readib/3/2008/11/07/15245434/Calyon.Membangun.Bahrain.dengan.Syariah

www.forgotten-ny.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar